novel online ; novel indonesia ; baca novel online ; baca novel indonesia ;
Karya : Tio Sampurno
II
Sketsa Kemenangan
Karya : Tio Sampurno
Sudah hampir dua minggu
berlalu sejak pengumuman diterimanya Udo
di Jurusan Arsitektur universitas ternama di Jogja. Lingkungan di rumah Pak
Sedo tidak ada yang berubah, matahari terbit menyinari beranda rumahnya yang
terbuat dari kayu. Si kucing tetap mengawasi lingkungan sekitar seakan-akan
tidak boleh ada kucing yang masuk kerumah Pak Sedo selain dirinya. Sinar
matahari merayap masuk ke dalam kamar tidur Udo, Udo tersentak kaget dan
langsung bangun. Dia langsung saja menyambar sepatu, kemeja putih beserta
celana jeans hitam dan lalu memakainya. Tas kecil yang ada diatas meja segera
dipungutnya selesai berpakaian dan Udo langsung turun ke garasi untuk berangkat
kuliah perdananya dengan menggunakan motor pinjaman teman ayahnya.
Sesampai di kampus
barunya, Udo langsung bergegas lari menuju mahasiswa yang memakai pakaian
seperti dirinya. Belum tiba di barisan itu, Udo langsung disuruh berhenti oleh
mahasiswa angkatan atas yang memakai almamater berwarna biru tua. Udo berlari begitu
kencangnya sehingga ia pun hampir terjatuh ketika disuruh berhenti. Udo sangat
lelah dan membungkukkan badannya untuk mengumpulkan tenaga. Kemudian Udo
mendengar suara lari yang sama seperti dirinya, hentakan sepatu yang cepat dan kencang.
Sama halnya seperti Udo, seseorang itupun disuruh berhenti. Udo menoleh kekanan
dan dilihatnya seorang cewek yang sedang membungkuk untuk mengumpulkan tenaga,
sama hal yang dilakukan oleh Udo sekarang. Belum tuntas Udo memandangi cewek tersebut,
seseorang muncul didepannya. Sepatu berwarna coklat dan celana jeans berwarna
biru dipakai orang tersebut. Tak sabar ingin melihat orang itu, Udo perlahan
demi perlahan lalu berdiri. Dilihatnya seseorang pria yang memiliki tinggi sepadan dengan Udo,
badannya agak gemuk dan ia memakai ID Card yang bertuliskan nama Trip. Wajahnya
yang kelihatan konyol membuat Udo ingin tertawa geli tetapi hal itu tidak bisa
dilakukan sehingga Udo menahan rasa ingin tertawanya tersebut.
Baca Selengkapnya
Baca Selengkapnya
“Kamu segera masuk ke
barisan yang berada di sudut sana dibawah pohon…cepat!” Tukas Trip.
Tak sempat membalasnya Udo
langsung lari menuju rombongan yang terlambat seperti dirinya. Akibat
keterlambatannya, Udo dihukum push-up sepuluh kali oleh mahasiswa angkatan
atas. Setelah selesai dengan hukumannya, Udo segera ke barisan rombongan
mahasiswa baru jurusan arsitektur. Sudah lama berdiri, Udo kembali teringat
oleh cewek yang disampingnya tadi. Hal itu membuat Udo penasaran sehingga dia
mencari-cari cewek tersebut dengan memandang kekiri dan kekanan berulang-ulang.
Sudah lama rektor berpidato di atas podium, tetapi Udo tetap saja
menghiraukannya dan menyibukkan dirinya untuk mencari cewek yang terlambat
bersamanya tadi.
Kesibukkannya itu lalu
terhenti, ada seseorang yang menyentuh punggungnya. Dia tinggi kurus dan
berkacamata. Seperti dugaannya orang itu mengajaknya berkenalan. Dengan logat
Jogjanya dia berbicara. “Maaf bro namanya siapa? Boleh berkenalan?”
Sambil tersenyum Udo
mengajak bersalaman dan memperkenalkan dirinya. “Boleh, namaku Udo dari Bandung.”
“Namamu siapa? Jurusan
Arsitektur juga ya?” Tanya Udo.
“Namaku Roli dari
Jogja…oh sama bro, saya jurusan Arsitektur juga.” Jawab Roli.
Dari perkenalan itulah Udo
dan Roli menjadi teman akrab, melewati hari-hari ospek bersama-sama. Merekapun
berbagi nomor handphone, Udo berharap agar Roli bisa membangunkannya untuk
kuliah. Roli banyak bercerita tentang jogja kepada Udo.
“Suasana di Jogja
sangatlah berbeda dengan Bandung, ketika sinar matahari sudah masuk ke dalam
kamar itu tandanya sudah jam sembilan pagi di Jogja. Suasana subuh di Jogja itu
sama halnya ketika jam tujuh pagi di Bandung.” Kata Roli. Udo menyadari sebab mengapa
dirinya selalu terlambat ospek karna dikiranya jam tujuh pagi di Jogja itu masih
gelap seperti layaknya di Bandung.
Hari-hari ospek pun
sudah berlalu, tiba saatnya untuk kuliah dan belajar banyak hal tentang
Arsitektur. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh, kali ini Udo datang tepat waktu
karena telah terbiasa dibangunkan oleh teman akrabnya, Roli. Ruangan kuliahnya
besar dan dilengkapi dengan pendingin ruangan. Pintu terbuka, seorang dosen pria
jangkung memakai baju hijau zamrud berjalan menuju podium untuk mengajar. Namanya
Profesor Parkhan, wajahnya sangat galak dan pikiran pertama Udo adalah jangan
sampai membuat dosen ini marah.
“Selamat datang di
Jurusan Arsitektur.” Kata Profesor Parkhan. Dia bercerita banyak hal tentang
pengantar arsitektur. Pembicaraannya terdiam sejenak ketika ada mahasiswi yang datang terlambat yang ingin masuk ruangan. Udo
menoleh kebelakang dan melihat seorang mahasiswi dengan wajah cantik dan
memiliki rambut setinggi bahu. Mahasiswi tersebut segera duduk tak jauh dari Udo
duduk. Dia menundukkan kepalanya, karena takut Profesor menegurnya. Tak asing
bagi Udo melihat cewek yang menunduk seperti mahasiswi satu ini. Lalu Udo
kembali mendengarkan Profesor Parkhan yang sedang mengajar. Tak sampai satu
menit berlalu ternyata Udo menyadari siapa mahasiswi ini. Ternyata dia adalah cewek
yang datang terlambat bersamanya ketika hari pertama ospek. Alangkah senang
hatinya melihat orang yang dia cari sudah ketemu. Dia baru pertama kali
merasakan hal seperti ini, perasaannya begitu senang melihat kejadian ini.
Setelah perkuliahan selesai Pak Parkhan keluar dan disusul oleh mahasiswa dan mahasiswa lainnya keluar begitupun Udo dan Roli. Udo
langsung bercerita kepeda teman akrabnya Roli, tentang cewek yang dilihatnya tadi
dan menceritakan sesuatu bahwa dari hatinya Udo merasakan kesenangan yang luar
biasa. Roli langsung merespon cerita ini, “Itu namanya CINTA, aku banyak
merasakan hal seperti itu dulu. koe belum pernah pacaran ya?atau jatuh cinta?”
Kata Roli dengan nada menyindir.
Atas tanggapan ini,
sebagai pria Udo merasa malu. Tapi bagaimana lagi perasaannya begitu senang.
Dipikirannya atau mungkin si Roli benar, rasa ini yang disebut dengan cinta. Udo
pun bercerita jujur, memberitahukan Roli bahwa dia tidak pernah pacaran seumur
hidupnya. Udo berharap Roli dapat membimbingnya dalam hal percintaan, minimal
bertemu sapa kepada si dia. Mereka sejenak berhenti hening, masing-masing
melihat ke depan, melihat mahasiswa-mahasiswa yang sedang lalu lalang. Ketika
keadaan sepi, ternyata didepan mereka ada banyak pamflet. Roli penasaran dan
berjalan pelan-pelan ke pamflet itu, namun Udo tetap diam dan hanya melihat Roli yang sibuk dengan
membaca pamflet tersebut. Selesai membaca Roli kembali dan memberitahu Udo bahwa
beberapa minggu lagi akan ada ospek jurusan yang diikuti oleh seluruh mahasiswa
dan mahasiswi jurusan arsitektur angkatan tahun ini.
“Bro…Ada ospek jurusan
dan disini juga akan ada pekan gambar desain, nanti akan dipanggil tiga juara
gambar terbaik dari angkatan tahun ini. Gimana kamu bisa gambar gak?” Kata Roli
sambil menyipitkan matanya untuk mengejek Udo.
“Gimana bisa gambar aku
li, orangtuaku dokter…mana ada aku keturunan bakat dalam hal menggambar.
Emangnya kamu bisa li?” Balas Udo sambil menyipitkan matanya untuk mengejek Roli.
“HAHAHA…Ayahku arsitek bro
bro...Mangkanya aku disuruh masuk jurusan ini. Ayo kerumahku saja nanti aku
kasih pelatihan menggambar desain. HAHAHA…” Terang Roli.
Sambil tersenyum Udo
menjawab dengan mengangkat jempolnya dan merangkul teman akrabnya itu.
Sesampainya dirumah Roli,
Udo ternganga. “Ayo jangan bengong seperti itu, santai saja. Ayahku arsitektur jadi
bisa buat rumah yang beginian.” Kata Roli.
Sulit membayangkan
bahwa ada manusia yang membuat rumah sebagus ini. Semewahnya rumah Udo dan
tetangganya jika dibandingkan rumah Roli, rumah Roli jauh lebih indah
mempesona. Rumahnya memiliki dua lantai dengan polesan dinding ala Yunani, di
lantai bawah memiliki empat kamar dan terdapat koridor yang membimbing tamu agar
bisa ke tangga dan ke toilet. Diatas terdapat ruang kerja ayahnya Roli dan
kamar tidur Roli. Udo lalu menuju kamar Roli sedang Roli mengambil sejumlah
makanan dan minuman. Di kamar Roli terdapat tumpukkan sketsa, bekas Roli
latihan menggambar.
“Jenius kamu li.” Kata Udo.
Roli tak langsung
menjawab karena rasa hausnya ia membuka minuman kaleng dan meminumnya sampai
habis. Roli mengelap air yang ada di bawah
bibir dengan tangannya dan lalu menanggapi ucapan Udo.
“Saya lihat kamu bakal
lebih dari aku…aku yakin.” Jawab Roli.
“Oh ya buka bajumu bro.”
Kata Roli.
“Ngapain?” Kata Udo
sambil kaget.
“Kita menggambar bro
nanti bajumu kotor.” Terang Roli.
“Walah…Oke-oke.” Jawab Udo.
Dengan diawali ketawa
sombongnya, Roli lalu mengajari Udo. Udo sangat semangat akan hal baru yang
dipelajarinya. Tak beberapa lama Udo telah menghabiskan banyak kertas sketsa.
Namun tak butuh waktu lama, Roli sangat senang atas kemajuan yang dialami Udo.
Sejak saat itu, Udo sering bermain dan belajar di rumah Roli. Sampai pada
akhirnya ospek jurusan pun tiba.
Angkatan tahun ini
berpergian dengan menggunakan empat bis. Roli dan Udo duduk berbarengan,
menghabiskan waktu dengan memperkenalkan diri ke teman-teman, mengobrol dan
mendengarkan musik. Roli berada di tengah sedang Udo duduk dekat jendela, ia
rasa Roli sudah sering melihat pemandangan di daerah sini. Setelah lama
perjalanan, jalanan kali ini terasa berkelok-kelok dan terjal. Ditambah lagi
suhu yang dingin dan gelap membuat pak sopir menyalakan lampu.
“Namanya
Tawanmangu…Kayaknya kita ke Gunung Lawu bro. Disini dingin, klo tidak beruntung
kita di tenda bakalan kehujanan.” Jelas Roli.
Betul saja, setelah
sampai aktivitas yang dilakukan hanya didalam tenda gara-gara diluar hujan
deras. Setelah hujan reda kami banyak melakukan aktivitas. Disini kami dilatih
untuk menguatkan fisik dan mental, karena ketika kuliah nanti bakalan lebih
berat tekanannya. Udara yang dingin dan berkabut cocok untuk menjernihkan
pikiran apalagi melatih fisik dan mental. Latihan fisik dan mental sudah
selesai dijalani selama dua hari. Di hari ketiga, cuaca pagi lumayan cerah.
Sedikit sinar matahari
mengusir kabut-kabut dan pemandangan hijau yang tersembunyi, muncul dari
gelapnya kabut. Banyak mahasiswa dan mahasiswi menyibukkan diri mereka dengan
berfoto-foto dan menikmati pemandangan. Roli dan Udo terlihat hanya memandangi
pemandangan. Sambil duduk-duduk santai tak disengaja pandangan mereka berubah
dan melihat sekumpulan mahasiswi yang sedang bermain-main. Udo sangat kesal
karena pemandangan hijau yang dilihatnya terganggu oleh mereka. Berbeda dengan Roli
dia melihat satu cewek yang menurutnya menarik. Roli tersenyum kecil, Udo
bingung kepadanya dan menoleh ke sisi cewek yang mengganggu pemandangannya tadi.
Ternyata ada cewek dengan celana berwarna merah yang dilihat Roli, bagi Udo
wajah cewek itu tidak kelihatan jelas. Tapi tidak dengan Roli, cewek itu
kelihatan jelas baginya. Terlihat dari ekspresi wajah Roli yang dari tadi
tersenyum sendiri.
Dari kejauhan terdengar
suara mahasiswa angkatan atas. “Ayo mahasiswa-mahasiswi baru segera berkumpul.”
Sepertinya suara ini
tak asing bagi Udo. Udo dan Roli segera berdiri, Udo berjalan namun Roli sejenak
diam. Dia melihat tempat cewek tadi bermain namun sekarang sudah menghilang. Udo
berhenti dan menunggu temannya itu.
“Ayo li cepat…” Tukas Udo.
Mereka pun berjalan
menuju suara tadi. Sesampainya disana Udo melihat mahasiswa angkatan atas yang
memegang pengeras suara. Ternyata dia adalah Trip, yang dahulu sempat bertemu
dan memarahi Udo ketika hari pertama ospek.
Pekan gambar desain pun
tiba, seluruh mahasiswa dan mahasiswi menggambar desain rumah yang cocok untuk
daerah pegunungan. Dengan diawali ketawa sombongnya, Roli segera mengerjakannya
dengan cepat. Begitupun Udo, ia memanfaatkan ilmu yang sudah diberikan oleh Roli
kepadanya. Mahasiswa angkatan atas terlihat mengawasi adik kelasnya yang sedang
menggambar. Satu jam berlalu, Udo menoleh ke kanan dan dilihatnya Roli sedang
santai berbaring. Kaki kirinya ditekuk dan kaki kanannya berada diatas kaki
kirinya, sehingga dengan sombongnya, dia dapat mengayunkan kaki kanannya
berkali-kali. Lalu Roli menoleh ke Udo sambil ketawa. Ternyata Roli sudah lama
selesai menggambar desain rumah miliknya.
Mahasiswa angkatan atas
mengambil sketsa yang sudah selesai dan yang belum diberikan waktu secepatnya
untuk menyelesaikannya. Sketsa dikumpulkan menjadi satu, seluruh mahasiswa
angkatan atas berunding untuk menentukan ketiga pemenang. Suasana disana begitu
berisik, masing-masing mengeluarkan pendapat mereka sedangkan mahasiswa dan
mahasiswi baru sibuk bercerita sendiri-sendiri.
Akhirnya suara berisik tadi
tidak terdengar lagi. Mahasiswa angkatan atas berkumpul didepan mahasiswa dan
mahasiswa baru. Salah satu dari mereka maju dan memberikan pidato penutupan
serta pengumuman pemenang pekan gambar desain.
“Baiklah terima kasih
atas kesedian kalian mengikuti serangkaian acara dari kami. Disini kami
berusaha untuk mendidik kalian bukan menghukumi kalian. Ingatlah bahwa
pelatihan fisik dan mental dari kami sangat berguna bagi kalian nanti ketika
kuliah dan menghadapi pekerjaan kelak. Sebelum mengumumkan pemenang pekan
gambar desain, bagi kami ternyata sangat sulit memilih dan menilai gambar
kalian. Gambar kalian itu bagus-bagus sekali, tetapi tentu yang menang lebih
bagus dari kalian. Untuk yang menang, kiranya dapat bersyukur, untuk yang kalah
jangan berkecil hati. Oke baiklah saya akan mengumumkan juara pekan gambar
desain.” Kata Trip.
Seluruh
mahasiswa-mahasiswi serentak bertepuk-tangan dan mulai berangsur-angsur
terdiam.
“Juara ketiga jatuh
kepada…”
Sejenak kemudian…
“ROLI!” Teriak Trip.
Suasana langsung begitu
ramai, semuanya bertepuk tangan untuk Roli. Roli melangkah ke depan menuju ke
sebelah kanan Trip.
“Juara Pertama dan
Juara Kedua…Selamat kepada”
Sejenak kemudian…
“UDO DAN NOLA!” Teriak Trip.
Suasana ramai sekali begitu
meriahnya. Mahasiswa dan mahasiswi banyak yang berdiri sambil bertepuk tangan. Udo
dan Nola bersegera maju melangkah ke depan menuju Roli berdiri. Roli bisa saja
santai menikmati kemenangannya, sedang Udo merinding akan kemenangan yang tak
diduga olehnya. Nola berada ditengah Udo dan Roli, dia menunduk malu. Udo
menoleh dan ia segera mengetahui cewek satu ini, ternyata dia yang dicari-cari
olehnya.
Trip membagikan plakat
piala kecil sambil mengucapkan selamat kepada Roli lalu ke Nola dan terakhir
kepada Udo.
“Kayaknya aku kenal
anak satu ini, kamu yang telat dulu ya? HAHAHA…Selamat ya selamat.” Seru Trip
“Iya betul. Terima
kasih kak.” Jawab Udo.
Wajah Trip kelihatan begitu
gembira sehingga dia memeluk Udo dan menepuk pelan punggungnya.
Setelah kemeriahan ini,
Trip menutup acara ospek jurusan tahun ini kemudian mempersilahkan Etok kelasnya
berkemas dan masuk ke dalam bis untuk
segera kembali ke Jogja. Ketika Udo menoleh kesebelah kiri, hanya Roli yang
terlihat sedang Nola sudah tidak terlihat lagi. Udo dan Roli berjalan untuk
berkemas-kemas, belum sampai ke tenda Udo dan Roli bertemu Trip. Trip tersenyum
melihat mereka, lalu mereka membalasnya dengan senyuman juga kepada Trip.
Roli berkemas sangat
lambat sekali, dia menyuruh Udo duluan untuk masuk ke dalam Bis. Udo
meninggalkan dia dan berjalan menuju Bis berada. Dilihatnya ruangan bis yang
masih kosong sehingga dia leluasa untuk memilih tempat duduk. Udo duduk di
kursi barisan tengah dan menghadap jendela. Karena suasana begitu sepi, dia
mengambil tas kecil yang berisi headset dan handphone miliknya. Lalu
menghidupkan musik dengan volume yang kencang. Udo menutup matanya agar dapat
menikmati lagu-lagu pop kesukaannya. Mahasiswa dan mahasiswi ramai-ramai masuk
dan duduk. Namun keramaian tersebut tak terdengar oleh Udo. Ketika Nola masuk,
tinggal satu kursi yang kosong yakni disebelahnya Udo. Melihat kursi kosong
tersebut Nola langsung melangkah dan duduk disebelah Udo. Nola sibuk membaca
novel kesukaannya sedang Udo masih mendengarkan musik.
Beberapa saat kemudian Udo
baru sadar Roli tidak menegur dan mengajak ngobrol dirinya. Sambil menutup mata
dan mendengarkan musik, tangan kanan Udo meraba-raba kursi disebelahnya. Tangan
kanan Udo menyentuh jeans yang dipakai oleh Nola. Nola terdiam sejenak melihat
hal ini terjadi dan Udo masih meraba-raba jeans yang dipakai Nola. Handphonenya
lalu berdering, Udo segera membuka handphonenya dan ternyata ada MMS. MMS
datang dari Roli, Udo bingung mengapa Roli mengirimkan MMS padahal Roli berada
disebelahnya. Udo membuka MMS tersebut dan ternyata Roli mengirimkan foto dia
yang sedang tertawa riang dan duduk bersama seorang cewek yang memakai celana
berwarna merah yang dilihatnya tadi.
Udo segera berpikir,
lalu siapa yang sedang duduk disebelahnya ini. Udo pelan-pelan membuka mata dan
menoleh ke sebelah kanannya. Dilihatnya muka Nola yang sedang memperhatikan
kekonyolan ini. Udo pun langsung terkejut kaget melihat hal ini terjadi. Merasa
malu lalu Udo menutup mukanya dengan tangan kanannya. Disela-sela jari tanganya
ia sedikit demi sedikit melihat muka Nola yang masih memperhatikan dirinya. Nola
lalu membaca kembali novel yang dibawanya itu. Dengan canggung Udo meminta
maaf.
“Nola, aku minta maaf.
Aku gak tahu kalau kamu sudah duduk disitu dari tadi. Aku kira kamu tadi Roli
temanku. Tapi Roli duduk di Bis lain. Maaf ya…Maaf.” Kata Udo.
“Iya gak papa…” Balas Nola.
Sambil menjulurkan
tangan kanannya, Nola memperkenalkan diri kepada Udo. Udo pun langsung
menyalami tangannya Nola.
“Kenalin aku Nola. Tadi
kursinya penuh, Cuma kursi kamu yang kosong. Jadi aku duduk disini. Kamu tadi
yang menang juara satu ya?” Kata Nola.
Mereka melepaskan
tangan masing-masing dan Udo berbicara normal, tidak berasa canggung lagi.
“Iya aku juara satu tadi.
Namaku Udo. Salam kenal ya maaf atas kelakuanku tadi.” Balas Udo.
Mereka berdua mengobrol
begitu akrab, hal demikian terjadi juga kepada Roli.
~0o0~
Dilarang memperbanyak tanpa PERSETUJUAN penulis.
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”.
“Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
~0o0~
Dilarang memperbanyak tanpa PERSETUJUAN penulis.
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”.
“Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
No comments:
Post a Comment