Monday, 30 March 2015

Novel Online Sim Card Love (Sketsa Kemenangan)

novel online ; novel indonesia ; baca novel online ; baca novel indonesia ;


II
Sketsa Kemenangan

Karya : Tio Sampurno

Sudah hampir dua minggu berlalu sejak pengumuman diterimanya Udo  di Jurusan Arsitektur universitas ternama di Jogja. Lingkungan di rumah Pak Sedo tidak ada yang berubah, matahari terbit menyinari beranda rumahnya yang terbuat dari kayu. Si kucing tetap mengawasi lingkungan sekitar seakan-akan tidak boleh ada kucing yang masuk kerumah Pak Sedo selain dirinya. Sinar matahari merayap masuk ke dalam kamar tidur Udo, Udo tersentak kaget dan langsung bangun. Dia langsung saja menyambar sepatu, kemeja putih beserta celana jeans hitam dan lalu memakainya. Tas kecil yang ada diatas meja segera dipungutnya selesai berpakaian dan Udo langsung turun ke garasi untuk berangkat kuliah perdananya dengan menggunakan motor pinjaman teman ayahnya.
Sesampai di kampus barunya, Udo langsung bergegas lari menuju mahasiswa yang memakai pakaian seperti dirinya. Belum tiba di barisan itu, Udo langsung disuruh berhenti oleh mahasiswa angkatan atas yang memakai almamater berwarna biru tua. Udo berlari begitu kencangnya sehingga ia pun hampir terjatuh ketika disuruh berhenti. Udo sangat lelah dan membungkukkan badannya untuk mengumpulkan tenaga. Kemudian Udo mendengar suara lari yang sama seperti dirinya, hentakan sepatu yang cepat dan kencang. Sama halnya seperti Udo, seseorang itupun disuruh berhenti. Udo menoleh kekanan dan dilihatnya seorang cewek yang sedang membungkuk untuk mengumpulkan tenaga, sama hal yang dilakukan oleh Udo sekarang. Belum tuntas Udo memandangi cewek tersebut, seseorang muncul didepannya. Sepatu berwarna coklat dan celana jeans berwarna biru dipakai orang tersebut. Tak sabar ingin melihat orang itu, Udo perlahan demi perlahan lalu berdiri. Dilihatnya seseorang  pria yang memiliki tinggi sepadan dengan Udo, badannya agak gemuk dan ia memakai ID Card yang bertuliskan nama Trip. Wajahnya yang kelihatan konyol membuat Udo ingin tertawa geli tetapi hal itu tidak bisa dilakukan sehingga Udo menahan rasa ingin tertawanya tersebut.

Baca Selengkapnya

“Kamu segera masuk ke barisan yang berada di sudut sana dibawah pohon…cepat!”  Tukas Trip.
Tak sempat membalasnya Udo langsung lari menuju rombongan yang terlambat seperti dirinya. Akibat keterlambatannya, Udo dihukum push-up sepuluh kali oleh mahasiswa angkatan atas. Setelah selesai dengan hukumannya, Udo segera ke barisan rombongan mahasiswa baru jurusan arsitektur. Sudah lama berdiri, Udo kembali teringat oleh cewek yang disampingnya tadi. Hal itu membuat Udo penasaran sehingga dia mencari-cari cewek tersebut dengan memandang kekiri dan kekanan berulang-ulang. Sudah lama rektor berpidato di atas podium, tetapi Udo tetap saja menghiraukannya dan menyibukkan dirinya untuk mencari cewek yang terlambat bersamanya tadi.
Kesibukkannya itu lalu terhenti, ada seseorang yang menyentuh punggungnya. Dia tinggi kurus dan berkacamata. Seperti dugaannya orang itu mengajaknya berkenalan. Dengan logat Jogjanya dia berbicara. “Maaf bro namanya siapa? Boleh berkenalan?”
Sambil tersenyum Udo mengajak bersalaman dan memperkenalkan dirinya. “Boleh, namaku Udo dari Bandung.”
“Namamu siapa? Jurusan Arsitektur juga ya?” Tanya Udo.
“Namaku Roli dari Jogja…oh sama bro, saya jurusan Arsitektur juga.” Jawab Roli.
Dari perkenalan itulah Udo dan Roli menjadi teman akrab, melewati hari-hari ospek bersama-sama. Merekapun berbagi nomor handphone, Udo berharap agar Roli bisa membangunkannya untuk kuliah. Roli banyak bercerita tentang jogja kepada Udo.
“Suasana di Jogja sangatlah berbeda dengan Bandung, ketika sinar matahari sudah masuk ke dalam kamar itu tandanya sudah jam sembilan pagi di Jogja. Suasana subuh di Jogja itu sama halnya ketika jam tujuh pagi di Bandung.” Kata Roli. Udo menyadari sebab mengapa dirinya selalu terlambat ospek karna dikiranya jam tujuh pagi di Jogja itu masih gelap seperti layaknya di Bandung.
Hari-hari ospek pun sudah berlalu, tiba saatnya untuk kuliah dan belajar banyak hal tentang Arsitektur. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh, kali ini Udo datang tepat waktu karena telah terbiasa dibangunkan oleh teman akrabnya, Roli. Ruangan kuliahnya besar dan dilengkapi dengan pendingin ruangan. Pintu terbuka, seorang dosen pria jangkung memakai baju hijau zamrud berjalan menuju podium untuk mengajar. Namanya Profesor Parkhan, wajahnya sangat galak dan pikiran pertama Udo adalah jangan sampai membuat dosen ini marah.
“Selamat datang di Jurusan Arsitektur.” Kata Profesor Parkhan. Dia bercerita banyak hal tentang pengantar arsitektur. Pembicaraannya terdiam sejenak ketika ada mahasiswi yang  datang terlambat yang ingin masuk ruangan. Udo menoleh kebelakang dan melihat seorang mahasiswi dengan wajah cantik dan memiliki rambut setinggi bahu. Mahasiswi tersebut segera duduk tak jauh dari Udo duduk. Dia menundukkan kepalanya, karena takut Profesor menegurnya. Tak asing bagi Udo melihat cewek yang menunduk seperti mahasiswi satu ini. Lalu Udo kembali mendengarkan Profesor Parkhan yang sedang mengajar. Tak sampai satu menit berlalu ternyata Udo menyadari siapa mahasiswi ini. Ternyata dia adalah cewek yang datang terlambat bersamanya ketika hari pertama ospek. Alangkah senang hatinya melihat orang yang dia cari sudah ketemu. Dia baru pertama kali merasakan hal seperti ini, perasaannya begitu senang melihat kejadian ini.
Setelah perkuliahan selesai Pak Parkhan keluar dan disusul oleh mahasiswa dan mahasiswa lainnya keluar begitupun Udo dan Roli. Udo langsung bercerita kepeda teman akrabnya Roli, tentang cewek yang dilihatnya tadi dan menceritakan sesuatu bahwa dari hatinya Udo merasakan kesenangan yang luar biasa. Roli langsung merespon cerita ini, “Itu namanya CINTA, aku banyak merasakan hal seperti itu dulu. koe belum pernah pacaran ya?atau jatuh cinta?” Kata Roli dengan nada menyindir.
Atas tanggapan ini, sebagai pria Udo merasa malu. Tapi bagaimana lagi perasaannya begitu senang. Dipikirannya atau mungkin si Roli benar, rasa ini yang disebut dengan cinta. Udo pun bercerita jujur, memberitahukan Roli bahwa dia tidak pernah pacaran seumur hidupnya. Udo berharap Roli dapat membimbingnya dalam hal percintaan, minimal bertemu sapa kepada si dia. Mereka sejenak berhenti hening, masing-masing melihat ke depan, melihat mahasiswa-mahasiswa yang sedang lalu lalang. Ketika keadaan sepi, ternyata didepan mereka ada banyak pamflet. Roli penasaran dan berjalan pelan-pelan ke pamflet itu, namun Udo tetap diam  dan hanya melihat Roli yang sibuk dengan membaca pamflet tersebut. Selesai membaca Roli kembali dan memberitahu Udo bahwa beberapa minggu lagi akan ada ospek jurusan yang diikuti oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi jurusan arsitektur angkatan tahun ini.
“Bro…Ada ospek jurusan dan disini juga akan ada pekan gambar desain, nanti akan dipanggil tiga juara gambar terbaik dari angkatan tahun ini. Gimana kamu bisa gambar gak?” Kata Roli sambil menyipitkan matanya untuk mengejek Udo.
“Gimana bisa gambar aku li, orangtuaku dokter…mana ada aku keturunan bakat dalam hal menggambar. Emangnya kamu bisa li?” Balas Udo sambil menyipitkan matanya untuk mengejek Roli.
“HAHAHA…Ayahku arsitek bro bro...Mangkanya aku disuruh masuk jurusan ini. Ayo kerumahku saja nanti aku kasih pelatihan menggambar desain. HAHAHA…” Terang Roli.
Sambil tersenyum Udo menjawab dengan mengangkat jempolnya dan merangkul teman akrabnya itu.
Sesampainya dirumah Roli, Udo ternganga. “Ayo jangan bengong seperti itu, santai saja. Ayahku arsitektur jadi bisa buat rumah yang beginian.” Kata Roli.
Sulit membayangkan bahwa ada manusia yang membuat rumah sebagus ini. Semewahnya rumah Udo dan tetangganya jika dibandingkan rumah Roli, rumah Roli jauh lebih indah mempesona. Rumahnya memiliki dua lantai dengan polesan dinding ala Yunani, di lantai bawah memiliki empat kamar dan terdapat koridor yang membimbing tamu agar bisa ke tangga dan ke toilet. Diatas terdapat ruang kerja ayahnya Roli dan kamar tidur Roli. Udo lalu menuju kamar Roli sedang Roli mengambil sejumlah makanan dan minuman. Di kamar Roli terdapat tumpukkan sketsa, bekas Roli latihan menggambar.
“Jenius kamu li.” Kata Udo.
Roli tak langsung menjawab karena rasa hausnya ia membuka minuman kaleng dan meminumnya sampai habis. Roli mengelap air  yang ada di bawah bibir dengan tangannya dan lalu menanggapi ucapan Udo.
“Saya lihat kamu bakal lebih dari aku…aku yakin.” Jawab Roli.
“Oh ya buka bajumu bro.” Kata Roli.
“Ngapain?” Kata Udo sambil kaget.
“Kita menggambar bro nanti bajumu kotor.” Terang Roli.
“Walah…Oke-oke.” Jawab Udo.
Dengan diawali ketawa sombongnya, Roli lalu mengajari Udo. Udo sangat semangat akan hal baru yang dipelajarinya. Tak beberapa lama Udo telah menghabiskan banyak kertas sketsa. Namun tak butuh waktu lama, Roli sangat senang atas kemajuan yang dialami Udo. Sejak saat itu, Udo sering bermain dan belajar di rumah Roli. Sampai pada akhirnya ospek jurusan pun tiba.
Angkatan tahun ini berpergian dengan menggunakan empat bis. Roli dan Udo duduk berbarengan, menghabiskan waktu dengan memperkenalkan diri ke teman-teman, mengobrol dan mendengarkan musik. Roli berada di tengah sedang Udo duduk dekat jendela, ia rasa Roli sudah sering melihat pemandangan di daerah sini. Setelah lama perjalanan, jalanan kali ini terasa berkelok-kelok dan terjal. Ditambah lagi suhu yang dingin dan gelap membuat pak sopir menyalakan lampu.
“Namanya Tawanmangu…Kayaknya kita ke Gunung Lawu bro. Disini dingin, klo tidak beruntung kita di tenda bakalan kehujanan.” Jelas Roli.
Betul saja, setelah sampai aktivitas yang dilakukan hanya didalam tenda gara-gara diluar hujan deras. Setelah hujan reda kami banyak melakukan aktivitas. Disini kami dilatih untuk menguatkan fisik dan mental, karena ketika kuliah nanti bakalan lebih berat tekanannya. Udara yang dingin dan berkabut cocok untuk menjernihkan pikiran apalagi melatih fisik dan mental. Latihan fisik dan mental sudah selesai dijalani selama dua hari. Di hari ketiga, cuaca pagi lumayan cerah.
Sedikit sinar matahari mengusir kabut-kabut dan pemandangan hijau yang tersembunyi, muncul dari gelapnya kabut. Banyak mahasiswa dan mahasiswi menyibukkan diri mereka dengan berfoto-foto dan menikmati pemandangan. Roli dan Udo terlihat hanya memandangi pemandangan. Sambil duduk-duduk santai tak disengaja pandangan mereka berubah dan melihat sekumpulan mahasiswi yang sedang bermain-main. Udo sangat kesal karena pemandangan hijau yang dilihatnya terganggu oleh mereka. Berbeda dengan Roli dia melihat satu cewek yang menurutnya menarik. Roli tersenyum kecil, Udo bingung kepadanya dan menoleh ke sisi cewek yang mengganggu pemandangannya tadi. Ternyata ada cewek dengan celana berwarna merah yang dilihat Roli, bagi Udo wajah cewek itu tidak kelihatan jelas. Tapi tidak dengan Roli, cewek itu kelihatan jelas baginya. Terlihat dari ekspresi wajah Roli yang dari tadi tersenyum sendiri.
Dari kejauhan terdengar suara mahasiswa angkatan atas. “Ayo mahasiswa-mahasiswi baru segera berkumpul.”
Sepertinya suara ini tak asing bagi Udo. Udo dan Roli segera berdiri, Udo berjalan namun Roli sejenak diam. Dia melihat tempat cewek tadi bermain namun sekarang sudah menghilang. Udo berhenti dan menunggu temannya itu.
“Ayo li cepat…” Tukas Udo.
Mereka pun berjalan menuju suara tadi. Sesampainya disana Udo melihat mahasiswa angkatan atas yang memegang pengeras suara. Ternyata dia adalah Trip, yang dahulu sempat bertemu dan memarahi Udo ketika hari pertama ospek.
Pekan gambar desain pun tiba, seluruh mahasiswa dan mahasiswi menggambar desain rumah yang cocok untuk daerah pegunungan. Dengan diawali ketawa sombongnya, Roli segera mengerjakannya dengan cepat. Begitupun Udo, ia memanfaatkan ilmu yang sudah diberikan oleh Roli kepadanya. Mahasiswa angkatan atas terlihat mengawasi adik kelasnya yang sedang menggambar. Satu jam berlalu, Udo menoleh ke kanan dan dilihatnya Roli sedang santai berbaring. Kaki kirinya ditekuk dan kaki kanannya berada diatas kaki kirinya, sehingga dengan sombongnya, dia dapat mengayunkan kaki kanannya berkali-kali. Lalu Roli menoleh ke Udo sambil ketawa. Ternyata Roli sudah lama selesai menggambar desain rumah miliknya.
Mahasiswa angkatan atas mengambil sketsa yang sudah selesai dan yang belum diberikan waktu secepatnya untuk menyelesaikannya. Sketsa dikumpulkan menjadi satu, seluruh mahasiswa angkatan atas berunding untuk menentukan ketiga pemenang. Suasana disana begitu berisik, masing-masing mengeluarkan pendapat mereka sedangkan mahasiswa dan mahasiswi baru sibuk bercerita sendiri-sendiri.
Akhirnya suara berisik tadi tidak terdengar lagi. Mahasiswa angkatan atas berkumpul didepan mahasiswa dan mahasiswa baru. Salah satu dari mereka maju dan memberikan pidato penutupan serta pengumuman pemenang pekan gambar desain.
“Baiklah terima kasih atas kesedian kalian mengikuti serangkaian acara dari kami. Disini kami berusaha untuk mendidik kalian bukan menghukumi kalian. Ingatlah bahwa pelatihan fisik dan mental dari kami sangat berguna bagi kalian nanti ketika kuliah dan menghadapi pekerjaan kelak. Sebelum mengumumkan pemenang pekan gambar desain, bagi kami ternyata sangat sulit memilih dan menilai gambar kalian. Gambar kalian itu bagus-bagus sekali, tetapi tentu yang menang lebih bagus dari kalian. Untuk yang menang, kiranya dapat bersyukur, untuk yang kalah jangan berkecil hati. Oke baiklah saya akan mengumumkan juara pekan gambar desain.” Kata Trip.
Seluruh mahasiswa-mahasiswi serentak bertepuk-tangan dan mulai berangsur-angsur terdiam.
“Juara ketiga jatuh kepada…”
Sejenak kemudian…
“ROLI!” Teriak Trip.
Suasana langsung begitu ramai, semuanya bertepuk tangan untuk Roli. Roli melangkah ke depan menuju ke sebelah kanan Trip.
“Juara Pertama dan Juara Kedua…Selamat kepada”
Sejenak kemudian…
“UDO DAN NOLA!” Teriak Trip.
Suasana ramai sekali begitu meriahnya. Mahasiswa dan mahasiswi banyak yang berdiri sambil bertepuk tangan. Udo dan Nola bersegera maju melangkah ke depan menuju Roli berdiri. Roli bisa saja santai menikmati kemenangannya, sedang Udo merinding akan kemenangan yang tak diduga olehnya. Nola berada ditengah Udo dan Roli, dia menunduk malu. Udo menoleh dan ia segera mengetahui cewek satu ini, ternyata dia yang dicari-cari olehnya.
Trip membagikan plakat piala kecil sambil mengucapkan selamat kepada Roli lalu ke Nola dan terakhir kepada Udo.
“Kayaknya aku kenal anak satu ini, kamu yang telat dulu ya? HAHAHA…Selamat ya selamat.” Seru Trip
“Iya betul. Terima kasih kak.” Jawab Udo.
Wajah Trip kelihatan begitu gembira sehingga dia memeluk Udo dan menepuk pelan punggungnya.
Setelah kemeriahan ini, Trip menutup acara ospek jurusan tahun ini kemudian mempersilahkan Etok kelasnya berkemas  dan masuk ke dalam bis untuk segera kembali ke Jogja. Ketika Udo menoleh kesebelah kiri, hanya Roli yang terlihat sedang Nola sudah tidak terlihat lagi. Udo dan Roli berjalan untuk berkemas-kemas, belum sampai ke tenda Udo dan Roli bertemu Trip. Trip tersenyum melihat mereka, lalu mereka membalasnya dengan senyuman juga kepada Trip.
Roli berkemas sangat lambat sekali, dia menyuruh Udo duluan untuk masuk ke dalam Bis. Udo meninggalkan dia dan berjalan menuju Bis berada. Dilihatnya ruangan bis yang masih kosong sehingga dia leluasa untuk memilih tempat duduk. Udo duduk di kursi barisan tengah dan menghadap jendela. Karena suasana begitu sepi, dia mengambil tas kecil yang berisi headset dan handphone miliknya. Lalu menghidupkan musik dengan volume yang kencang. Udo menutup matanya agar dapat menikmati lagu-lagu pop kesukaannya. Mahasiswa dan mahasiswi ramai-ramai masuk dan duduk. Namun keramaian tersebut tak terdengar oleh Udo. Ketika Nola masuk, tinggal satu kursi yang kosong yakni disebelahnya Udo. Melihat kursi kosong tersebut Nola langsung melangkah dan duduk disebelah Udo. Nola sibuk membaca novel kesukaannya sedang Udo masih mendengarkan musik.
Beberapa saat kemudian Udo baru sadar Roli tidak menegur dan mengajak ngobrol dirinya. Sambil menutup mata dan mendengarkan musik, tangan kanan Udo meraba-raba kursi disebelahnya. Tangan kanan Udo menyentuh jeans yang dipakai oleh Nola. Nola terdiam sejenak melihat hal ini terjadi dan Udo masih meraba-raba jeans yang dipakai Nola. Handphonenya lalu berdering, Udo segera membuka handphonenya dan ternyata ada MMS. MMS datang dari Roli, Udo bingung mengapa Roli mengirimkan MMS padahal Roli berada disebelahnya. Udo membuka MMS tersebut dan ternyata Roli mengirimkan foto dia yang sedang tertawa riang dan duduk bersama seorang cewek yang memakai celana berwarna merah yang dilihatnya tadi.
Udo segera berpikir, lalu siapa yang sedang duduk disebelahnya ini. Udo pelan-pelan membuka mata dan menoleh ke sebelah kanannya. Dilihatnya muka Nola yang sedang memperhatikan kekonyolan ini. Udo pun langsung terkejut kaget melihat hal ini terjadi. Merasa malu lalu Udo menutup mukanya dengan tangan kanannya. Disela-sela jari tanganya ia sedikit demi sedikit melihat muka Nola yang masih memperhatikan dirinya. Nola lalu membaca kembali novel yang dibawanya itu. Dengan canggung Udo meminta maaf.
“Nola, aku minta maaf. Aku gak tahu kalau kamu sudah duduk disitu dari tadi. Aku kira kamu tadi Roli temanku. Tapi Roli duduk di Bis lain. Maaf ya…Maaf.” Kata Udo.
“Iya gak papa…” Balas Nola.
Sambil menjulurkan tangan kanannya, Nola memperkenalkan diri kepada Udo. Udo pun langsung menyalami tangannya Nola.
“Kenalin aku Nola. Tadi kursinya penuh, Cuma kursi kamu yang kosong. Jadi aku duduk disini. Kamu tadi yang menang juara satu ya?” Kata Nola.
Mereka melepaskan tangan masing-masing dan Udo berbicara normal, tidak berasa canggung lagi.
“Iya aku juara satu tadi. Namaku Udo. Salam kenal ya maaf atas kelakuanku tadi.” Balas Udo.
Mereka berdua mengobrol begitu akrab, hal demikian terjadi juga kepada Roli.
~0o0~

Dilarang memperbanyak tanpa PERSETUJUAN penulis.
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”.
“Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

No comments:

Post a Comment

Uji Normalitas Data Dengan SPSS

Mengapa Data Harus Berdistribusi Normal? karena kalau data di penelitian anda itu mensyaratkan adanya varian yang homogen dari suatu popula...