Sunday, 29 March 2015

Novel Online Sim Card Love (Hanya Ada Satu)



I
HANYA ADA SATU

Karya : Tio Sampurno

Tuan Fed dan Nyonya Etha yang tinggal di sebuah rumah mewah menyatakan diri bahwa mereka adalah orang-orang yang yakin bahwa anaknya mampu meneruskan cita-cita keluarga. Mereka tak bisa diharapkan terlibat dengan pekerjaan diluar kesehatan, karena mereka tak yakin ada pekerjaan berlevel tinggi selain dokter.
Tuan Fed adalah dokter spesialis kandungan di salah satu rumah sakit internasional di Bandung. Dia laki-laki ideal bagi wanita, berparas tampan dan pintar. Nyonya Etha adalah dokter gigi yang berparas cantik yang membuka tempat praktek di rumah mewahnya. Suami Istri ini memiliki satu orang anak bernama Udo dan menurut pendapat mereka, di dunia ini tak ada anak lain yang sehebat dirinya.
Ketika Tuan Fed bangun pada hari Sabtu pagi yang mendung, dia melihat Udo yang sedang memandangi foto-foto wisuda SMA dirinya dan teman-temannya. Lalu Tuan Fed mendekati anaknya. Dia harus mengatakan sesuatu kepada anaknya. Tuan Fed berdeham.
“Ehm…Udo, hari Minggu besok kamu pergi ke Jogja ya, ikut ujian masuk perguruan tinggi disana. Di coba-coba saja beberapa kampus, barangkali kamu bisa masuk pendidikan dokter. Nanti ada teman ayah yang mengantarkan kamu ujian di Jogja”
Seperti dugaannya, Udo kelihatan kaget dan sedih. Yah, biasanya Udo kemana-mana ditemani oleh kedua orangtuanya, ditambah lagi Udo adalah anak semata wayang mereka, Udo sangat sedih apabila mereka hanya tinggal berdua dirumahnya.
“Baik yah...nanti saya akan siapkan perlengkapan untuk berpergian.” Jawab Udo.
“Mungkin dalam waktu yang lama kamu tinggal disana…ayah percaya kamu bisa.”
Tuan Fed menepuk punggung Udo dan langsung berjalan masuk kembali ke kamar tidurnya. Udo mengangkat foto wisudanya dan langsung memasukkan ke dalam tas kecilnya, lalu mempersiapkan barang-barang keperluannya untuk berpergian besok.

Malam pun tiba, Tuan Fed dan Nyonya Etha naik ke tempat tidur. Keduanya menghadapkan mukanya keatas. Nyonya Etha berselimut sedangkan Tuan Fed tidak. Lalu Nyonya Etha bergumam sedih. “Udo besok jadi pergi ke Jogja yah?”
“Jadi bu…dia sudah mempersiapkannya mulai dari tadi pagi. Jangan khawatir temanku bisa merawat anak kita.”
Tuan Fed bergegas tidur, tetapi Nyonya Etha tidak. Nyonya Etha mungkin saja bisa tidur tetapi dia masih memikirkan segala kenangan bersama Udo. Nyonya Etha memalingkan kepalanya dan matanya tertuju pada foto keluarga yang ada di dinding. Beberapa detik memandang dan Nyonya Etha langsung tertidur.
Pukul setengah sembilan pagi Udo memungut kopernya dan kemudian meminta izin untuk pamit ke Jogja. Tuan Fed dan Nyonya Etha pun langsung mengecup pipinya bergantian. Begitupun Udo, Udo membalas kecupan mereka dengan penuh cinta. Koper dan tas kecil bersama dirinya masuk ke dalam mobil yang akan mengantarnya ke Jogja. Tas kecil ini sangat berarti bagi Udo, walaupun bentuknya kecil dan bermuatan sedikit tetapi didalam tas ini menampung barang-barang berharga seperti dompet, foto, kunci dan handphone kebanggaan Udo. Bagi Udo urusan handphone Udo sangat pilih-pilih sekali karena handphone baginya adalah ciri khas kemewahan seseorang.
Sudah dua belas jam berlalu, hari sudah diselimuti oleh gelap, Udo akhirnya sampai di rumah teman ayahnya. Udo turun dari mobil dan mengetuk pintu depan rumah teman ayahnya. Seseorang laki-laki dari sudut rumah tiba-tiba datang dengan diawasi oleh si kucing. Kemunculannya begitu mendadak dan tanpa suara. Ekor si kucing bergerak dan matanya menyipit. Laki-laki ini tinggi kurus dan berkacamata, namanya Pak Sedo. Pak Sedo adalah salah satu dosen yang mengajar di Fakultas Kedokteran universitas ternama di Jogja. Pak Sedo memiliki satu orang istri yang cantik dan dikaruniai dua orang anak laki-laki yang masih kecil. Dia berdecak dan bergumam,
“Siapa disana? Udo? Anak Dokter Fed bukan?”
“Oh ya betul pak,” jawab Udo.
“Ayo nak masuk lewat sini, pasti kamu sudah lelah diperjalanan,” kata Pak Sedo.
Mereka berdua berjalan menuju pintu belakang rumah dengan melewati beranda rumah yang lantainya terbuat dari kayu. Pak Sedo membuka pintu pelan-pelan karena tidak mau membangunkan anak-anak dan istrinya yang sudah tidur. Pak Sedo mengantarkan Udo ke kamarnya dan menyuruhnya untuk istrirahat. Tak lupa dia menunjukkan paket-paket buku yang harus dipelajari Udo untuk ujian. Pak Sedo lalu meninggalkanya dan menuju ke kamar tidurnya agar Udo bisa beristirahat.
Dalam waktu satu minggu Udo sudah mempelajari paket-paket buku yang diberi oleh Pak Sedo. Dan tibalah hari Senin, hari dimana Udo akan menguras isi otaknya untuk menjawab seluruh soal ujian. Udo memilih untuk ujian perguruan tinggi dengan dua pilihan jurusan, jurusan pertama kedokteran dan jurusan kedua arsitektur. Pak Sedo segera mengantar Udo ke tempat ujian. Udo pun sangat tidak sabar ingin menjawab seluruh soal ujian. Tak perlu waktu yang lama bagi Udo menjawab soal-soal ujian. Kertas yang tadinya polos, sekarang sudah terisi jawaban-jawaban. Beberapa jam kemudian ujian selesai, ujian hari ini berjalan dengan baik. Udo tinggal berdoa, berharap jurusan yang terpilih sesuai dengan harapan dan kemampuannya. Pengumuman ini akan diumumkan satu minggu yang akan datang.
Udo sangat tidak sabar menantikan pengumuman itu, sehingga dia memutuskan untuk langsung istirahat dirumah teman ayahnya. Sampai lelahnya dia hari ini, dia tertidur begitu pulasnya. Pagi pun menjelang dan hari ini pun sangat cerah. Udo memutuskan untuk pergi keluar, Udo berjalan mengitari beranda rumah Pak Sedo. Tepat di pintu depan dia melihat kucing yang sedang berjemur, Udo berjalan pelan-pelan mendekati kucing itu. Ternyata kucing itu tetap diam dan Udo langsung membelai bulunya yang halus disertai cubitan-cubitan kecil.
“Namanya Piko tuh kak.”
“Hati-hati dia suka nakal.”
Ada dua suara laki-laki kecil yang membelakangi Udo. Udo melihat kebelakang dan ternyata mereka berdua adalah anaknya Pak Sedo. Tangan mereka dilumuri tanah dan baju mereka kotor sekali.
“Eto…Meto mau kemana kalian.” Sambil memegang penyiram tanaman, seorang wanita muncul dari kanan beranda. Dan wanita paruh baya ini adalah istri Pak Sedo.
Udo diajak oleh istrinya Pak Sedo untuk ke belakang rumah bersama Eto dan Meto. Mereka menelusuri beranda sampai ke belakang rumah. Pak Sedo sudah menyibukan dirinya dengan mencabuti rumput liar yang tumbuh disekitar beranda belakang. Dan Udo segera membantu Pak Sedo. Agar tak terasa lelah mereka berbincang-bincang, mulai dari sekolahnya Udo sampai memberikan semangat agar Udo yakin dengan ujiannya.
Satu minggu digunakan Udo untuk beramah tamah kepada Pak Sedo dan keluarganya. Agar keluarga Pak Sedo tidak kerepotan, kerjaan seperti menyapu dan membersihkan rumah sengaja dilakukan oleh Udo sebagai bentuk rasa terima kasihnya kepada Pak Sedo.
Tak terasa berlalu, akhirnya besok adalah pengumuman ujian perguruan tinggi. Semangat Udo sangat besar, di tidurnya malam ini dia berdoa agar jurusan yang diterimanya dapat membesarkan namanya dan membanggakan kedua orangtuanya.
Pagi telah tiba, tepat jam sembilan pagi Udo bangun dan hal pertama yang dia ingat adalah pengumuman ujian, sehingga dia buru-buru membuka laptop untuk melihat pengumuman dan memasangkan modemnya ke laptop. Jantungnya berdebar begitu kencang, sambil menunggu websitenya terbuka dia terdiam sejenak untuk membuat dirinya rileks. Lalu di laptopnya terlihat Jurusan Arsitektur yang terpilih dan Jurusan Kedokteran tidak terpilih. Udo langsung terkejut, tak menyangka dirinya masuk di Jurusan Arsitektur. Udo takut untuk memberikan kabar ini kepada orangtuanya, karena orangtuanya sangat mengharapkan dirinya masuk di Jurusan Kedokteran. Dengan lelah Udo keluar kamarnya dan memberikan kabar ini kepada teman ayahnya. Tak diduga ternyata Pak Sedo sudah ada didepan pintunya, dan lagi-lagi suara langkah kaki Pak Sedo tak terdengar olehnya. Pak Sedo tidak memandangnya, tetapi setelah beberapa saat dia mengajaknya berbicara.
“Gimana pengumumanmu, Udo?”
“Jurusan Arsitektur pak…Jurusan Arsitektur yang diterima.” Jawab Udo.
“Hanya ada satu nak, itulah jalan hidupmu. Nanti saya beritahu ayahmu mengenai kabar ini.” Kata Pak Sedo.
Udo pun membalasnya dengan senyuman kecil dan masuk kembali ke kamarnya. Pak Sedo menuruni tangga dan menyelinapkan tanganya ke saku celana panjangnya. Dan dia mengambil Handphone untuk mengabari berita kelulusan Udo. Tak lama kemudian Tuan Fed menjawab telponnya. Dengan suara serak, Tuan Fed berbicara.
“Pak bagaimana kabar Udo disana?”
“Bagaimana juga kabar kelulusan Udo, Pak Sedo?” kata Tuan Fed
“Anakmu lulus di Jurusan Arsitektur, jangan kecewa ya dok…Inilah jalan untuk Udo.” Jawab Pak Sedo.
Pembicaraanpun sedikit terdiam, Tuan Fed terkejut mengenai hal ini. Dia berpikir sejenak dan kemudian menanggapi ucapan temannya. “Terima kasih Pak, iya betul mungkin inilah jalan untuk Udo. Bilang sama Udo, jangan patah semangat dan terus berjuang.”
“Sama-sama, baik Pak… Siap nanti saya sampaikan pesannya.”
Pembicaraanpun langsung tertutup dan Pak Sedo segera pergi ke kamar Udo untuk memberitahukan pesan ini kepadanya.

~0o0~

Selanjutnya SketsaKemenangan
 
Dilarang memperbanyak tanpa PERSETUJUAN penulis.

“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”.

“Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

No comments:

Post a Comment

Uji Normalitas Data Dengan SPSS

Mengapa Data Harus Berdistribusi Normal? karena kalau data di penelitian anda itu mensyaratkan adanya varian yang homogen dari suatu popula...