I
HANYA ADA SATU
Karya : Tio Sampurno
Tuan Fed dan Nyonya
Etha yang tinggal di sebuah rumah mewah menyatakan diri bahwa mereka adalah orang-orang
yang yakin bahwa anaknya mampu meneruskan cita-cita keluarga. Mereka tak bisa
diharapkan terlibat dengan pekerjaan diluar kesehatan, karena mereka tak yakin
ada pekerjaan berlevel tinggi selain dokter.
Tuan Fed adalah dokter
spesialis kandungan di salah satu rumah sakit internasional di Bandung. Dia laki-laki
ideal bagi wanita, berparas tampan dan pintar. Nyonya Etha adalah dokter gigi yang
berparas cantik yang membuka tempat praktek di rumah mewahnya. Suami Istri ini
memiliki satu orang anak bernama Udo dan menurut pendapat mereka, di dunia ini tak
ada anak lain yang sehebat dirinya.
Ketika Tuan Fed bangun
pada hari Sabtu pagi yang mendung, dia melihat Udo yang sedang memandangi
foto-foto wisuda SMA dirinya dan teman-temannya. Lalu Tuan Fed mendekati
anaknya. Dia harus mengatakan sesuatu kepada anaknya. Tuan Fed berdeham.
“Ehm…Udo, hari Minggu besok
kamu pergi ke Jogja ya, ikut ujian masuk perguruan tinggi disana. Di coba-coba
saja beberapa kampus, barangkali kamu bisa masuk pendidikan dokter. Nanti ada
teman ayah yang mengantarkan kamu ujian di Jogja”
Seperti dugaannya, Udo
kelihatan kaget dan sedih. Yah, biasanya Udo kemana-mana ditemani oleh kedua orangtuanya,
ditambah lagi Udo adalah anak semata wayang mereka, Udo sangat sedih apabila
mereka hanya tinggal berdua dirumahnya.
“Baik yah...nanti saya
akan siapkan perlengkapan untuk berpergian.” Jawab Udo.
“Mungkin dalam waktu
yang lama kamu tinggal disana…ayah percaya kamu bisa.”
Tuan Fed menepuk
punggung Udo dan langsung berjalan masuk kembali ke kamar tidurnya. Udo
mengangkat foto wisudanya dan langsung memasukkan ke dalam tas kecilnya, lalu
mempersiapkan barang-barang keperluannya untuk berpergian besok.
Malam pun tiba, Tuan
Fed dan Nyonya Etha naik ke tempat tidur. Keduanya menghadapkan mukanya keatas.
Nyonya Etha berselimut sedangkan Tuan Fed tidak. Lalu Nyonya Etha bergumam
sedih. “Udo besok jadi pergi ke Jogja yah?”
“Jadi bu…dia sudah
mempersiapkannya mulai dari tadi pagi. Jangan khawatir temanku bisa merawat
anak kita.”
Tuan Fed bergegas
tidur, tetapi Nyonya Etha tidak. Nyonya Etha mungkin saja bisa tidur tetapi dia
masih memikirkan segala kenangan bersama Udo. Nyonya Etha memalingkan kepalanya
dan matanya tertuju pada foto keluarga yang ada di dinding. Beberapa detik
memandang dan Nyonya Etha langsung tertidur.
Pukul setengah sembilan
pagi Udo memungut kopernya dan kemudian meminta izin untuk pamit ke Jogja. Tuan
Fed dan Nyonya Etha pun langsung mengecup pipinya bergantian. Begitupun Udo, Udo
membalas kecupan mereka dengan penuh cinta. Koper dan tas kecil bersama dirinya
masuk ke dalam mobil yang akan mengantarnya ke Jogja. Tas kecil ini sangat
berarti bagi Udo, walaupun bentuknya kecil dan bermuatan sedikit tetapi didalam
tas ini menampung barang-barang berharga seperti dompet, foto, kunci dan
handphone kebanggaan Udo. Bagi Udo urusan handphone Udo sangat pilih-pilih
sekali karena handphone baginya adalah ciri khas kemewahan seseorang.
Sudah dua belas jam
berlalu, hari sudah diselimuti oleh gelap, Udo akhirnya sampai di rumah teman ayahnya.
Udo turun dari mobil dan mengetuk pintu depan rumah teman ayahnya. Seseorang
laki-laki dari sudut rumah tiba-tiba datang dengan diawasi oleh si kucing.
Kemunculannya begitu mendadak dan tanpa suara. Ekor si kucing bergerak dan
matanya menyipit. Laki-laki ini tinggi kurus dan berkacamata, namanya Pak Sedo.
Pak Sedo adalah salah satu dosen yang mengajar di Fakultas Kedokteran universitas
ternama di Jogja. Pak Sedo memiliki satu orang istri yang cantik dan dikaruniai
dua orang anak laki-laki yang masih kecil. Dia berdecak dan bergumam,
“Siapa disana? Udo?
Anak Dokter Fed bukan?”
“Oh ya betul pak,”
jawab Udo.
“Ayo nak masuk lewat
sini, pasti kamu sudah lelah diperjalanan,” kata Pak Sedo.
Mereka berdua berjalan
menuju pintu belakang rumah dengan melewati beranda rumah yang lantainya
terbuat dari kayu. Pak Sedo membuka pintu pelan-pelan karena tidak mau
membangunkan anak-anak dan istrinya yang sudah tidur. Pak Sedo mengantarkan Udo
ke kamarnya dan menyuruhnya untuk istrirahat. Tak lupa dia menunjukkan
paket-paket buku yang harus dipelajari Udo untuk ujian. Pak Sedo lalu
meninggalkanya dan menuju ke kamar tidurnya agar Udo bisa beristirahat.
Dalam waktu satu minggu
Udo sudah mempelajari paket-paket buku yang diberi oleh Pak Sedo. Dan tibalah
hari Senin, hari dimana Udo akan menguras isi otaknya untuk menjawab seluruh
soal ujian. Udo memilih untuk ujian perguruan tinggi dengan dua pilihan
jurusan, jurusan pertama kedokteran dan jurusan kedua arsitektur. Pak Sedo
segera mengantar Udo ke tempat ujian. Udo pun sangat tidak sabar ingin menjawab
seluruh soal ujian. Tak perlu waktu yang lama bagi Udo menjawab soal-soal
ujian. Kertas yang tadinya polos, sekarang sudah terisi jawaban-jawaban. Beberapa
jam kemudian ujian selesai, ujian hari ini berjalan dengan baik. Udo tinggal
berdoa, berharap jurusan yang terpilih sesuai dengan harapan dan kemampuannya.
Pengumuman ini akan diumumkan satu minggu yang akan datang.
Udo sangat tidak sabar
menantikan pengumuman itu, sehingga dia memutuskan untuk langsung istirahat
dirumah teman ayahnya. Sampai lelahnya dia hari ini, dia tertidur begitu
pulasnya. Pagi pun menjelang dan hari ini pun sangat cerah. Udo memutuskan
untuk pergi keluar, Udo berjalan mengitari beranda rumah Pak Sedo. Tepat di
pintu depan dia melihat kucing yang sedang berjemur, Udo berjalan pelan-pelan
mendekati kucing itu. Ternyata kucing itu tetap diam dan Udo langsung membelai
bulunya yang halus disertai cubitan-cubitan kecil.
“Namanya Piko tuh kak.”
“Hati-hati dia suka
nakal.”
Ada dua suara laki-laki
kecil yang membelakangi Udo. Udo melihat kebelakang dan ternyata mereka berdua adalah
anaknya Pak Sedo. Tangan mereka dilumuri tanah dan baju mereka kotor sekali.
“Eto…Meto mau kemana
kalian.” Sambil memegang penyiram tanaman, seorang wanita muncul dari kanan
beranda. Dan wanita paruh baya ini adalah istri Pak Sedo.
Udo diajak oleh
istrinya Pak Sedo untuk ke belakang rumah bersama Eto dan Meto. Mereka
menelusuri beranda sampai ke belakang rumah. Pak Sedo sudah menyibukan dirinya
dengan mencabuti rumput liar yang tumbuh disekitar beranda belakang. Dan Udo
segera membantu Pak Sedo. Agar tak terasa lelah mereka berbincang-bincang,
mulai dari sekolahnya Udo sampai memberikan semangat agar Udo yakin dengan
ujiannya.
Satu minggu digunakan Udo
untuk beramah tamah kepada Pak Sedo dan keluarganya. Agar keluarga Pak Sedo
tidak kerepotan, kerjaan seperti menyapu dan membersihkan rumah sengaja
dilakukan oleh Udo sebagai bentuk rasa terima kasihnya kepada Pak Sedo.
Tak terasa berlalu,
akhirnya besok adalah pengumuman ujian perguruan tinggi. Semangat Udo sangat
besar, di tidurnya malam ini dia berdoa agar jurusan yang diterimanya dapat
membesarkan namanya dan membanggakan kedua orangtuanya.
Pagi telah tiba, tepat
jam sembilan pagi Udo bangun dan hal pertama yang dia ingat adalah pengumuman
ujian, sehingga dia buru-buru membuka laptop untuk melihat pengumuman dan
memasangkan modemnya ke laptop. Jantungnya berdebar begitu kencang, sambil menunggu
websitenya terbuka dia terdiam sejenak untuk membuat dirinya rileks. Lalu di
laptopnya terlihat Jurusan Arsitektur yang terpilih dan Jurusan Kedokteran
tidak terpilih. Udo langsung terkejut, tak menyangka dirinya masuk di Jurusan
Arsitektur. Udo takut untuk memberikan kabar ini kepada orangtuanya, karena
orangtuanya sangat mengharapkan dirinya masuk di Jurusan Kedokteran. Dengan
lelah Udo keluar kamarnya dan memberikan kabar ini kepada teman ayahnya. Tak
diduga ternyata Pak Sedo sudah ada didepan pintunya, dan lagi-lagi suara
langkah kaki Pak Sedo tak terdengar olehnya. Pak Sedo tidak memandangnya,
tetapi setelah beberapa saat dia mengajaknya berbicara.
“Gimana pengumumanmu, Udo?”
“Jurusan Arsitektur
pak…Jurusan Arsitektur yang diterima.” Jawab Udo.
“Hanya ada satu nak,
itulah jalan hidupmu. Nanti saya beritahu ayahmu mengenai kabar ini.” Kata Pak
Sedo.
Udo pun membalasnya
dengan senyuman kecil dan masuk kembali ke kamarnya. Pak Sedo menuruni tangga
dan menyelinapkan tanganya ke saku celana panjangnya. Dan dia mengambil
Handphone untuk mengabari berita kelulusan Udo. Tak lama kemudian Tuan Fed
menjawab telponnya. Dengan suara serak, Tuan Fed berbicara.
“Pak bagaimana kabar Udo
disana?”
“Bagaimana juga kabar
kelulusan Udo, Pak Sedo?” kata Tuan Fed
“Anakmu lulus di
Jurusan Arsitektur, jangan kecewa ya dok…Inilah jalan untuk Udo.” Jawab Pak
Sedo.
Pembicaraanpun sedikit
terdiam, Tuan Fed terkejut mengenai hal ini. Dia berpikir sejenak dan kemudian menanggapi
ucapan temannya. “Terima kasih Pak, iya betul mungkin inilah jalan untuk Udo.
Bilang sama Udo, jangan patah semangat dan terus berjuang.”
“Sama-sama, baik Pak… Siap
nanti saya sampaikan pesannya.”
Pembicaraanpun langsung
tertutup dan Pak Sedo segera pergi ke kamar Udo untuk memberitahukan pesan ini
kepadanya.
“Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)”.
“Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
No comments:
Post a Comment