Madre adalah judul buku ke tujuh yang ditulis oleh Dewi Lestari. Buku yang ditulis dalam bahasa Indonesia ini juga merupakan kumpulan cerita fiksi ke tiga hasil karya Dewi Lestari, yang lebih dikenal dengan nama pena Dee. Cetakan pertama Madre diterbitkan pada Juni 2011 oleh Penerbit Bentang. Madre terdiri dari 13 karya fiksi dan prosa pendek yang ditulis Dee selama kurun waktu 2006-2011. Buku setebal 176 halaman ini berisi karya-karya dengan beragam tema yang seperti perjuangan sebuah toko roti kuno, dialog ibu dan janinnya, dilema antara cinta dan persahabatan, hingga reinkarnasi dan kemerdekaan sejati.
Disini salah satu bab yang direview adalah tentang Madre yakni cerita tentang adonan roti kuno dari toko roti kuno yang diwariskan ke cucunya sampai menjadi toko roti modern. Buku ini cocok untuk menggambarkan Teknik Industri itu seperti apa dalam kehidupan. Berikut ringkasan ceritanya :
Tansen Roy Weisan merupakan anak dari kartika dan cucu dari Tan Sie Gie dan Lakshmi. Ibu dan neneknya sudah lama meninggal dan baru-baru ini kakeknya yang meninggal. Sepeninggal kakeknya tansen medapat warisan berupa madre yang sekarang berumur 70 tahun, madre disimpan dikulkas suatu ruko berlantai dua yang ditinggali Pak Hadi (Teman Pak Tan Sie Gie). Madre merupakan adonan biang roti yang ditemukan tahun 1941, percampuran antara air, tepung dan fungi Saccharomyces Exiguus. Madre adalah ibu bagi roti-roti berikutnya, karena sebagai adonan biang sebagian madre dipakai untuk mengembangkan roti dan sisanya didinginkan dan diberi tepung dan air baru seperti siklus hidup agar madre tetap sustainable. Madre membuat rasa tawar dengan sedikit asin yang pas, aroma ragi yang kuat dan rongga yang lembut layaknya mengunyah seperti kapas. Tansen adalah pekerja serabut di Bali, ia seorang guide, mengajar surfing, desainer dan blogger.
Baca Selengkapnya
Hari selanjutnya Tansen memposting blognya tentang kisahnya dan madre. Lalu salah satu pembaca blognya berkomentar dan mengirimkan email berkaitan dengan madre tersebut. Lalu sehari kemudian Meilan Tanudwidjaya (pembaca blog Tansen) mengunjungi lokasi madre tersebut, ketika itu Tansen dan Pak Hadi sedang membuat madre dan roti. Tansen diajari oleh Pak Hadi tentang cara membuat roti. Ketika membuat roti bahan harus ditimbang agar rasa tetap konsisten dan orang yang membuat roti kepalanya harus memaki plastic, mulutnya ditutup masker dan bercelemek. Tansen membuat adonan roti dan membuat madre kembali hanya membutuhkan satu kali percobaan saja, berbeda dengan pegawai kakeknya dahulu. Ketika Mei sampai disana mereka mengobrol dan berkenan agar Tansen menjual madre yang nantinya roti tersebut akan ditargetnya untuk ekspatriat dan konsumen high-end. Setelah sehari kemudian Tansen memikirkan dan tidak akan menjual madre kepada Mei dan melakukan negosiasi terbaik dengan cara roti-roti tersebut dibuat di Tan de Bakker bukan di Fairy Bread.
Dengan kesepakatan itu Pak Hadi memanggil kembali keempat temannya eks pegawai Tan de Bakker yakni pak Joko, bu Dedeh, bu Cory dan bu Sum sehingga total pekerja saat ini adalah 6 orang. Keenam orang ini nantinya akan menyelesaikan pesanan 12 jenis roti yang ditujukan ke klien dan gerai potensial. Dua belas roti tersebut yakni roti tawar putih, roti gandum utuh, roti kibbled, roti rye, focaccia, ciabatta, roti pita, baguette, roti buah, roti jagung, roti ricotta dan semolina. Dengan menariknya roti legendary tersebut maka dihari berikutnya Tansen mulai merencanakan produksi dan rekruitmen. Roti-roti tersebut sekarang mulai melewati pengawasan, roti yang keluar dan ditaruh dicatat oleh Tansen, begitupula dengan roti yang masih akan diproduksi. Fairy Bread sampai sekarang menggunakan biang roti bernama yeye, namun yeye ketika Mei berumur 7 tahun ia menabraknya dan membuangnya, sampai sekarang yeye rasanya tidak pernah sama dengan yang asli. Agar madre tak terjadi seperti yeye, mei berusaha untuk membangun kembali Tan de Bakker dan mereka sepakat bertiga memberikan nama baru yakni Tansen de Bakker. Dengan hal ini Mei membatalkan untuk pembukaan cabang keenamnya dan menginvestasikannya untuk membangun kembali lini produksi Tansen de Bakker. Kurang dari 2 bulan Tansen de Bakker telah berubah, kelima pekerja eks Tan de Bakker sekarang memiliki posis masing-masing bu cory dan bu sum bertugas melayani diddepan dan sisanya sebagai supervisor didapur beserta pegawai baru. Tak sampai disitu Tansen de Bakker berinovasi membuat menu all-day-dining, banana bread termasuk salah satu menunya. Mei mulai membuka kelas private untuk belajar membuat roti dengan pak Hadi, pak Joko dan bu Dedeh staf pengajarnya. Tansen mulai promosi dengan membuat website dan memposting rotinya lewat media social.
Madre dalam sisi Teknik Industri
Disini salah satu bab yang direview adalah tentang Madre yakni cerita tentang adonan roti kuno dari toko roti kuno yang diwariskan ke cucunya sampai menjadi toko roti modern. Buku ini cocok untuk menggambarkan Teknik Industri itu seperti apa dalam kehidupan. Berikut ringkasan ceritanya :
Tansen Roy Weisan merupakan anak dari kartika dan cucu dari Tan Sie Gie dan Lakshmi. Ibu dan neneknya sudah lama meninggal dan baru-baru ini kakeknya yang meninggal. Sepeninggal kakeknya tansen medapat warisan berupa madre yang sekarang berumur 70 tahun, madre disimpan dikulkas suatu ruko berlantai dua yang ditinggali Pak Hadi (Teman Pak Tan Sie Gie). Madre merupakan adonan biang roti yang ditemukan tahun 1941, percampuran antara air, tepung dan fungi Saccharomyces Exiguus. Madre adalah ibu bagi roti-roti berikutnya, karena sebagai adonan biang sebagian madre dipakai untuk mengembangkan roti dan sisanya didinginkan dan diberi tepung dan air baru seperti siklus hidup agar madre tetap sustainable. Madre membuat rasa tawar dengan sedikit asin yang pas, aroma ragi yang kuat dan rongga yang lembut layaknya mengunyah seperti kapas. Tansen adalah pekerja serabut di Bali, ia seorang guide, mengajar surfing, desainer dan blogger.
Baca Selengkapnya
Hari selanjutnya Tansen memposting blognya tentang kisahnya dan madre. Lalu salah satu pembaca blognya berkomentar dan mengirimkan email berkaitan dengan madre tersebut. Lalu sehari kemudian Meilan Tanudwidjaya (pembaca blog Tansen) mengunjungi lokasi madre tersebut, ketika itu Tansen dan Pak Hadi sedang membuat madre dan roti. Tansen diajari oleh Pak Hadi tentang cara membuat roti. Ketika membuat roti bahan harus ditimbang agar rasa tetap konsisten dan orang yang membuat roti kepalanya harus memaki plastic, mulutnya ditutup masker dan bercelemek. Tansen membuat adonan roti dan membuat madre kembali hanya membutuhkan satu kali percobaan saja, berbeda dengan pegawai kakeknya dahulu. Ketika Mei sampai disana mereka mengobrol dan berkenan agar Tansen menjual madre yang nantinya roti tersebut akan ditargetnya untuk ekspatriat dan konsumen high-end. Setelah sehari kemudian Tansen memikirkan dan tidak akan menjual madre kepada Mei dan melakukan negosiasi terbaik dengan cara roti-roti tersebut dibuat di Tan de Bakker bukan di Fairy Bread.
Dengan kesepakatan itu Pak Hadi memanggil kembali keempat temannya eks pegawai Tan de Bakker yakni pak Joko, bu Dedeh, bu Cory dan bu Sum sehingga total pekerja saat ini adalah 6 orang. Keenam orang ini nantinya akan menyelesaikan pesanan 12 jenis roti yang ditujukan ke klien dan gerai potensial. Dua belas roti tersebut yakni roti tawar putih, roti gandum utuh, roti kibbled, roti rye, focaccia, ciabatta, roti pita, baguette, roti buah, roti jagung, roti ricotta dan semolina. Dengan menariknya roti legendary tersebut maka dihari berikutnya Tansen mulai merencanakan produksi dan rekruitmen. Roti-roti tersebut sekarang mulai melewati pengawasan, roti yang keluar dan ditaruh dicatat oleh Tansen, begitupula dengan roti yang masih akan diproduksi. Fairy Bread sampai sekarang menggunakan biang roti bernama yeye, namun yeye ketika Mei berumur 7 tahun ia menabraknya dan membuangnya, sampai sekarang yeye rasanya tidak pernah sama dengan yang asli. Agar madre tak terjadi seperti yeye, mei berusaha untuk membangun kembali Tan de Bakker dan mereka sepakat bertiga memberikan nama baru yakni Tansen de Bakker. Dengan hal ini Mei membatalkan untuk pembukaan cabang keenamnya dan menginvestasikannya untuk membangun kembali lini produksi Tansen de Bakker. Kurang dari 2 bulan Tansen de Bakker telah berubah, kelima pekerja eks Tan de Bakker sekarang memiliki posis masing-masing bu cory dan bu sum bertugas melayani diddepan dan sisanya sebagai supervisor didapur beserta pegawai baru. Tak sampai disitu Tansen de Bakker berinovasi membuat menu all-day-dining, banana bread termasuk salah satu menunya. Mei mulai membuka kelas private untuk belajar membuat roti dengan pak Hadi, pak Joko dan bu Dedeh staf pengajarnya. Tansen mulai promosi dengan membuat website dan memposting rotinya lewat media social.
Madre dalam sisi Teknik Industri
No comments:
Post a Comment