cara membangun teori ; cara membuat teori ; buat teori dengan studi kasus ; pengertian studi kasus
Referensi Download
Wahab, R. (2011). Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Retrieved from Staff UNY : staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Rochmat%20Wahab,%20M.Pd.,MA.%20Dr.%20,%20Prof.%20/Case%20Studies.pdf
Eisenhardt, K. M. (1989). Building Theories From Study Case. Academy of Management Review, Vol 14, No 4, 532-550.
Berikut merupakan dua perbedaan teori lokasi :
Teori Lokasi Weber, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lokasi industri,
yaitu
1. Faktor tenaga kerja
2. Biaya transportasi yang merupakan faktor regional yang bersifat umum
3. Faktor deglomerasi (terpisah dari tempat usaha kelompok lain)/aglomerasi
(dekat) yang bersifat lokal dan khusus.
Teori Lokasi Moril (1982), faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi industri adalah: Faktor-faktor geografis yang berkaitan dengan karakteristik ruang seperti jarak, aksesibilitas, ukuran, bentuk, aglomerasi dan posisi relatif lokasi dalam keseluruhan; Faktor-faktor ekonomi, politik, dan budaya.
Perbedaan tersebut terjadi karena masing-masing penemu teori melakukan studi kasus yang berbeda tergantung kasus dan fenomena yang ditemukan. Scholar sering conduct untuk skripsi maupun tesis berfungsi untuk memperbaiki suatu sistem, mengurangi cost, memberikan alternatif-alternatif solusi dll. Namun ketika scholar ingin melakukan penemuan teori maka haruslah melakukan studi kasus. studi kasus bukanlah studi literatur tapi studi kasus adalah penelitian secara holistik dan mendalam. Studi kasus adalah disain penelitian yang sangat fleksibel, yang memungkinkan peneliti untuk menetapkan karakteristik yang holistik terhadap
kejadian hidup yang riil sambil meneliti kejadian-kejadian empirik (kejadian yang membutuhkan pengalaman). kemudian kasus dalam studi kasus adalah sama dengan objek yang diteliti, menurut Stake (1995): The Case as an object of study ; Yin (1994): The Case as a methodology, a case study examines a “bounded system” or a case over time in detail, employing multiple sources of data found in the setting.
Lalu bagaimana cara membangun sebuah teori dari studi kasus? Berikut merupakan langkah-langkah membangun teori dari studi kasus.
Baca Selengkapnya
1. Getting Started
Tahapan ini adalah upaya untuk memahami kasus, atau dengan kata lain membangun konsep tentang obyek penelitian yang diposisikan sebagai kasus. Dalam kata lain membangun konsep tersebut adalah menentukan research question. Dengan mengetahui dan memahami kasus yang akan diteliti, peneliti tidak akan salah atau tersesat di dalam menentukan kasus penelitiannya. Pada proposal penelitian, bentuknya adalah latar belakang penelitian.
2. Selecting Cases
Kasus tergantung research question (kita mau buat teori dalam hal apa?). Kasus tersebut dapat berupa seorang individu, beberapa individu, sebuah program, sebuah kejadian, atau suatu kegiatan. Untuk melakukan penelitian studi kasus, Creswell (2007) menyarankan penelitinya untuk mempertimbangkan kasus-kasus yang berpotensi sangat baik dan bermanfaat. Kasus tersebut dapat berjenis tunggal atau kolektif; banyak lokasi atau lokasi tunggal; terfokus pada kasusnya itu sendiri atau pada isu yang ingin diteliti (intrinsic atau instrumental) (Stake, 2005; Yin, 2009). Creswell (2007) juga menyarankan bahwa untuk menentukan kasus dapat mempertimbangkan berbagai alasan atau tujuan, seperti kasus sebagai potret (gambaran contoh yang bermanfaat maksimal); kasus biasa; kasus yang terjangkau; kasus yang berbeda dan sebagainya.
3. Crafting Instrumen dan Protocol
Data dan bentuk data dibutuhkan untuk mengembangkan isu di dalam penelitian. Penentuan data yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik kasus yang diteliti. Pada umumnya bentuk pengumpulan datanya adalah
wawancara baik individu maupun kelompok; pengamatan lapangan; peninggalan atau artefak; dan dokumen.
4. Entering Field
Melakukan kajian triangulasi terhadap kunci-kunci pengamatan lapangan, dan dasar-dasar untuk melakukan interpretasi terhadap data. Tujuannya adalah agar data yang diperoleh adalah benar, tepat dan akurat. Cara melakukan entering field ada beberapa alat yakni:
-Field Jottings: Field jottings dibuat ketika peneliti mengobservasi atau mendengar sesuatu yang penting. Field Jottings ditulis di tempat untuk menghindari lupa dan ingatan yang selektif.
-Field Notes: Field Notes merangkum data lapangan yang dikumpulkan selama sehari atau beberapa periode waktu yang dirancang. Field notes dilengkapi dengan data lain yang dikumpulkan, mencakup: hasil rekaman, dokumen atau catatan tentang pandangan selintas dan pemahaman terhadap kondisi sosial sebagaimana kejadian waktu data dikumpulkan. Catatan dibuat sesegera mungkin, setidak-tidaknya atas dasar infromasi harian, sehingga datanya tetap segar.
-Field diary merupakan suatu catatan rentetan pribadi tentang apa yang observer partisipan rasakan tentang
situasi sosial ketika ada di dalamnya. FD seharusnya merupakan catatan rentetan tentang hubungan observer
dengan apa yang diobservasi. FD akan membantu observer partisipan dapat menafsirkan lebih mendalam catatan lapangan dan waspada terhadap bias pribadi.
-Field Log: Field Log seperti suatu buku harian di kapal, yang mengaitkan rentetetan kejadian harian; bagaimana observer partisipan merencanakan penggunakan waktu, bagaimana waktu benar-benar digunakan, siapa yang dilihat, siapa saja nama-nama, apa yang mereka katakan, dan siapa yang perlu untuk dilihat, dan apa saja yang perlu ditanyakan. FL akan membantu sekali dalam pengorganisasian data.
5. Analyzing Data
Mengkait-kaitkan tema atau isu dengan kasus hanya menganalisis kasus dengan tema atau isus saja belum ke data atau evidence. Ketika melakukan penelitian studi kasus jamak, format kajian pertama yang dilakukan adalah kajian terhadap setiap kasus terlebih dahulu untuk mengambarkan isu-isunya dan tema-temanya secara terperinci, yang disebut sebagai within-case analysis (Yin 2009). Selanjutnya, tema-tema hasil kajian per-kasus dikaji saling-silangkan dengan menggunakan analisis saling-silang kasus, atau yang disebut sebagai sebuah crosscase analysis, dan melakukan pemaknaan serta mengintegrasikan makna-makna yang berhasil digali dari kasus-kasus tersebut.
6. Shaping Hypotheses
Tahap selanjutnya adalah tahap merangkum hipotesis. mengkaitkan tema dengan kasus dan verifikasi lewat data temuan. Ide utamanya adalah peneliti secara konstan membanding antara teori dan data. Langkah pertama yang dilakukan adalah memperjelas konstruksi masalah yang terjadi. Dan langkah kedua yang dilakukan adalah memverifikasi hubungan yang terjadi antara masalah yang terjadi dengan bukti-bukti masalah di setiap kasus.
7. Enfolding Literature
Selanjutnya pada tahap merangkum literatur fitur yang utama dalam membangun teori adalah membandingkan antara konsep, teori atau hipotesis dengan literatur yang ada. Kunci utama dari proses ini adalah melihat sebanyak-banyaknya literatur yang ada. Dalam proses ini berlangsung mencari persamaan, perbedaan yang terjadi dengan literatur yang ada, dan pencarian alasan kenapa hal tersebut terjadi. Kalau dalam tahap ini teori yang ditemukan belum ada di literature berarti teori anda adalah teori yang belum ditemukan scholar lainnya, jika ingin publish segera publish. Namun jika teori ditemukan banyak diliterature artinya ada scholar lain yang sudah dahulu menemukan teori maka tahap selanjutnya adalah reaching closure.
8. Reaching Closure
Tahapan yang terakhir adalah tahap mencapai closure. Dua isu yang dibahas pada tahapan ini adalah kapan berhenti menambah contoh kasus dan kapan berhenti iterasi teori dengan data. Perbandingan dengan literatur lain menghasilkan terfokusnya pada pengambilan teori dari studi kasus. Menghasilkan ide baru (seperti spesifikasi populasi, analisis antar kasus, dll). Dan proses diarahkan pada pengambilan hipotesis yang dapat diuji dan teori yang dapat digeneralisasi.
Referensi Download
Wahab, R. (2011). Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Retrieved from Staff UNY : staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Rochmat%20Wahab,%20M.Pd.,MA.%20Dr.%20,%20Prof.%20/Case%20Studies.pdf
Eisenhardt, K. M. (1989). Building Theories From Study Case. Academy of Management Review, Vol 14, No 4, 532-550.
Berikut merupakan dua perbedaan teori lokasi :
Teori Lokasi Weber, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lokasi industri,
yaitu
1. Faktor tenaga kerja
2. Biaya transportasi yang merupakan faktor regional yang bersifat umum
3. Faktor deglomerasi (terpisah dari tempat usaha kelompok lain)/aglomerasi
(dekat) yang bersifat lokal dan khusus.
Teori Lokasi Moril (1982), faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi industri adalah: Faktor-faktor geografis yang berkaitan dengan karakteristik ruang seperti jarak, aksesibilitas, ukuran, bentuk, aglomerasi dan posisi relatif lokasi dalam keseluruhan; Faktor-faktor ekonomi, politik, dan budaya.
Perbedaan tersebut terjadi karena masing-masing penemu teori melakukan studi kasus yang berbeda tergantung kasus dan fenomena yang ditemukan. Scholar sering conduct untuk skripsi maupun tesis berfungsi untuk memperbaiki suatu sistem, mengurangi cost, memberikan alternatif-alternatif solusi dll. Namun ketika scholar ingin melakukan penemuan teori maka haruslah melakukan studi kasus. studi kasus bukanlah studi literatur tapi studi kasus adalah penelitian secara holistik dan mendalam. Studi kasus adalah disain penelitian yang sangat fleksibel, yang memungkinkan peneliti untuk menetapkan karakteristik yang holistik terhadap
kejadian hidup yang riil sambil meneliti kejadian-kejadian empirik (kejadian yang membutuhkan pengalaman). kemudian kasus dalam studi kasus adalah sama dengan objek yang diteliti, menurut Stake (1995): The Case as an object of study ; Yin (1994): The Case as a methodology, a case study examines a “bounded system” or a case over time in detail, employing multiple sources of data found in the setting.
Lalu bagaimana cara membangun sebuah teori dari studi kasus? Berikut merupakan langkah-langkah membangun teori dari studi kasus.
Baca Selengkapnya
1. Getting Started
Tahapan ini adalah upaya untuk memahami kasus, atau dengan kata lain membangun konsep tentang obyek penelitian yang diposisikan sebagai kasus. Dalam kata lain membangun konsep tersebut adalah menentukan research question. Dengan mengetahui dan memahami kasus yang akan diteliti, peneliti tidak akan salah atau tersesat di dalam menentukan kasus penelitiannya. Pada proposal penelitian, bentuknya adalah latar belakang penelitian.
2. Selecting Cases
Kasus tergantung research question (kita mau buat teori dalam hal apa?). Kasus tersebut dapat berupa seorang individu, beberapa individu, sebuah program, sebuah kejadian, atau suatu kegiatan. Untuk melakukan penelitian studi kasus, Creswell (2007) menyarankan penelitinya untuk mempertimbangkan kasus-kasus yang berpotensi sangat baik dan bermanfaat. Kasus tersebut dapat berjenis tunggal atau kolektif; banyak lokasi atau lokasi tunggal; terfokus pada kasusnya itu sendiri atau pada isu yang ingin diteliti (intrinsic atau instrumental) (Stake, 2005; Yin, 2009). Creswell (2007) juga menyarankan bahwa untuk menentukan kasus dapat mempertimbangkan berbagai alasan atau tujuan, seperti kasus sebagai potret (gambaran contoh yang bermanfaat maksimal); kasus biasa; kasus yang terjangkau; kasus yang berbeda dan sebagainya.
3. Crafting Instrumen dan Protocol
Data dan bentuk data dibutuhkan untuk mengembangkan isu di dalam penelitian. Penentuan data yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik kasus yang diteliti. Pada umumnya bentuk pengumpulan datanya adalah
wawancara baik individu maupun kelompok; pengamatan lapangan; peninggalan atau artefak; dan dokumen.
4. Entering Field
Melakukan kajian triangulasi terhadap kunci-kunci pengamatan lapangan, dan dasar-dasar untuk melakukan interpretasi terhadap data. Tujuannya adalah agar data yang diperoleh adalah benar, tepat dan akurat. Cara melakukan entering field ada beberapa alat yakni:
-Field Jottings: Field jottings dibuat ketika peneliti mengobservasi atau mendengar sesuatu yang penting. Field Jottings ditulis di tempat untuk menghindari lupa dan ingatan yang selektif.
-Field Notes: Field Notes merangkum data lapangan yang dikumpulkan selama sehari atau beberapa periode waktu yang dirancang. Field notes dilengkapi dengan data lain yang dikumpulkan, mencakup: hasil rekaman, dokumen atau catatan tentang pandangan selintas dan pemahaman terhadap kondisi sosial sebagaimana kejadian waktu data dikumpulkan. Catatan dibuat sesegera mungkin, setidak-tidaknya atas dasar infromasi harian, sehingga datanya tetap segar.
-Field diary merupakan suatu catatan rentetan pribadi tentang apa yang observer partisipan rasakan tentang
situasi sosial ketika ada di dalamnya. FD seharusnya merupakan catatan rentetan tentang hubungan observer
dengan apa yang diobservasi. FD akan membantu observer partisipan dapat menafsirkan lebih mendalam catatan lapangan dan waspada terhadap bias pribadi.
-Field Log: Field Log seperti suatu buku harian di kapal, yang mengaitkan rentetetan kejadian harian; bagaimana observer partisipan merencanakan penggunakan waktu, bagaimana waktu benar-benar digunakan, siapa yang dilihat, siapa saja nama-nama, apa yang mereka katakan, dan siapa yang perlu untuk dilihat, dan apa saja yang perlu ditanyakan. FL akan membantu sekali dalam pengorganisasian data.
5. Analyzing Data
Mengkait-kaitkan tema atau isu dengan kasus hanya menganalisis kasus dengan tema atau isus saja belum ke data atau evidence. Ketika melakukan penelitian studi kasus jamak, format kajian pertama yang dilakukan adalah kajian terhadap setiap kasus terlebih dahulu untuk mengambarkan isu-isunya dan tema-temanya secara terperinci, yang disebut sebagai within-case analysis (Yin 2009). Selanjutnya, tema-tema hasil kajian per-kasus dikaji saling-silangkan dengan menggunakan analisis saling-silang kasus, atau yang disebut sebagai sebuah crosscase analysis, dan melakukan pemaknaan serta mengintegrasikan makna-makna yang berhasil digali dari kasus-kasus tersebut.
6. Shaping Hypotheses
Tahap selanjutnya adalah tahap merangkum hipotesis. mengkaitkan tema dengan kasus dan verifikasi lewat data temuan. Ide utamanya adalah peneliti secara konstan membanding antara teori dan data. Langkah pertama yang dilakukan adalah memperjelas konstruksi masalah yang terjadi. Dan langkah kedua yang dilakukan adalah memverifikasi hubungan yang terjadi antara masalah yang terjadi dengan bukti-bukti masalah di setiap kasus.
7. Enfolding Literature
Selanjutnya pada tahap merangkum literatur fitur yang utama dalam membangun teori adalah membandingkan antara konsep, teori atau hipotesis dengan literatur yang ada. Kunci utama dari proses ini adalah melihat sebanyak-banyaknya literatur yang ada. Dalam proses ini berlangsung mencari persamaan, perbedaan yang terjadi dengan literatur yang ada, dan pencarian alasan kenapa hal tersebut terjadi. Kalau dalam tahap ini teori yang ditemukan belum ada di literature berarti teori anda adalah teori yang belum ditemukan scholar lainnya, jika ingin publish segera publish. Namun jika teori ditemukan banyak diliterature artinya ada scholar lain yang sudah dahulu menemukan teori maka tahap selanjutnya adalah reaching closure.
8. Reaching Closure
Tahapan yang terakhir adalah tahap mencapai closure. Dua isu yang dibahas pada tahapan ini adalah kapan berhenti menambah contoh kasus dan kapan berhenti iterasi teori dengan data. Perbandingan dengan literatur lain menghasilkan terfokusnya pada pengambilan teori dari studi kasus. Menghasilkan ide baru (seperti spesifikasi populasi, analisis antar kasus, dll). Dan proses diarahkan pada pengambilan hipotesis yang dapat diuji dan teori yang dapat digeneralisasi.
No comments:
Post a Comment